Gaes, jadi sebenarnya gak ada yang nyangka banget yah, di tahun 2020 ini menjadi tahun yang penuh dilema dan juga menjadi tahun yang sangat engga enak.
Di tahun 2020 ini
pasti akan meninggalkan kenangan yang dalam banget yang mau gak mau kita kenang
sampai akhir hayat nanti. Terlebih kenangan yang tersimpan dibenak kita adalah
kebanyakan kenangan buruk. Gimana gak buruk karena kita berada di dalam sutuasi
pandemi global yang udah sangat sangat sangat mengubah kehidupan sehari=hari
kita menjadi penuh kekhawatiran, keterbatasan dan juga kegelisahan serta
kesedihan.
Kita dihantui
dengan Virus Covid-19 ini dimanapun kita berada dan dengan siapapun kita
bertemu. Bahwa karna adanya virus Covid-19 inipun akhirnya gue kehilangan
seseorang yang sangat gue cintai di dunia ini. Yaitu Mama gue.
Mama gue akhirnya
menghembuskan nafas terakhir ditengah pandemi ini diumur 52 tahun, tepatnya Mama
gue meninggal dunia pada 27 Mei 2020 sebulan sebelum beliau ulang tahun di
tanggal 27 Juni 2020.
Mama gue memang
udah lama mempunyai penyakit gagal ginjal dan sudah menjadi pasien hemodialisis
(cuci darah) selama 3 tahun dan akhirnya menjalani CAPD selama 2 tahun hingga
meninggal dunia. Singkat cerita, semenjak masuknya Covid-19 di Indonesia pada awal tahun. Mama gue hanya dirumah aja dan belum kerumah
sakit lagi selama 3 bulan, namun hingga akhirnya di penghujung Bulan Mei 2020 Mama
gue mengalami penurunan kondisi dimana dia harus menjalani transfusi darah
dirumah sakit dan mengharuskan Mama gue di opname selama proses transfusi darah
tersebut.
Sebenarnya dari
keluarga dan dari gue sendiri sangat keberatan dan berusaha sebisa mungkin jauh
dari rumah sakit apalagi hingga di opname di rumah sakit dalam sutuasi yang
berbahaya dengan merebaknya virus saat itu. Karena kamipun tau bahwa kondisi RS saat itu sangat
ketat dan menjalankan protokol Covid-19. Namun karena kami kasian melihat
keadaan Mama gue, akhirnya mau gak mau kitapun merelakan Mama kami untuk
dirawat dan berharap segera sembuh dan cepat pulang.
Singkat cerita,
setelah menjalani prosedur RS Mama gue ternyata harus menjadi pasien isolasi
karena hal-hal yang menurut RS harus masuk kedalam ruang isolasi. Kamipun tidak
tahu begitu jelas apa alasan dari RS sehingga memasukkan Mama kami ruang isolasi . satu hal yang pasti itulah
pertemuan terakhir kami melihat wajah Mama.
Mama saat itu
sedih banget ketika kasurnya di dorong masuk kedalam ruang isolasi, bagaikan
mau turun dari kasur dorong itu tapi karena badannya sudah lemas jadi Mama cuma
bisa pasrah.
Setiap hari kami
kerumah sakit untuk mengantarkan pakaian bersih, obat CAPD Mama dan juga
mengantarkan makanan. Namun itu semua hanya bisa dititipkan kepada Satpam
ruangan.
Di hari ketiga Mama
dirawat, kami sempat hilang kontak dengan Mama karena ternyata Mama kami sempat
tidak sadarkan diri, hingga akhirnya Hari Raya Idul Fitri tiba, kami hanya bisa menanyakan kabar melalui
Whatssap dan Video Call. Sejak hari pertama hingga hari ketujuh Mama di rawat,
Mama gak pernah mengeluh sakit dan bahkan gak bilang kalau dia sempet gak
sadarkan diri.
Setiap kali kami video call Mama hanya cerita dan menanyakan kegiatan kita dirumah sedang apa menjelang Lebaran, Mama juga ketawa-ketawa dan tidak dalam keadaan lelah ataupun batuk-batuk. Hingga akhirnya di hari kedelapan, setelah Mama ganti-gantian nelfonin kesemua anaknya. Tanpa kami sangka bahwa itu hari terakhir Mama di dunia. Mama menghembuskan nafas pada pukul 20.35 WIB tanggal 27 Mei 2020.
Kami baru
diberitahukan pihak RS jam 21.00 untuk datang ke RS dan kami sekeluarga baru
mengetahui Mama meninggal di jam 22.00.
Jenazah Mama
langsung ditindak sesuai protokol Covid-19 yang dimasukkan kepeti, di bungkus,
tidak dimandikan mungkin hanya di tayamumkan dan juga katanya sudah di
sholatkan (namun tidak jelas keterangannya dari RS). Kamipun pihak keluarga
tidak sama sekali melihat proses tersebut. Sehingga kami merasa sangat terpukul
namun tidak dapat berbuat apapa. Yang kami dapati hanya keberadaan peti mati
Mama kami di dalam Kamar Jenazah sudah dalam keadaan ditutup rapat.
Dokter yang bertugas
saat itu sempat menjelaskan kepada Kakak kami bahwa kemungkinan besar penyebab Mama
kami meninggal adalah karena Covid-19. Setelahnya kami juga menanyakan kepada Perawat
mengenai kondisi terakhir Mama kami, namun sayang, penjelasan Perawat kami
dapati tidak jelas, muter-muter dan tidak dapat menjelaskan secara pasti apa
penyebab Mama kami meninggal dunia hanya berasumsi bahwa penyebabnya adalah
Covid-19.
Sekali lagi, baik
Dokter ataupun Perawat hanya berasumsi karena Covid-19, namun hingga sampai saat
blog ini ditulis kami belum juga mendapatkan hasil swab yang sempat diambil
oleh Perawat ketika Mama kami masih dirawat. Kami sudah beberapa kali meminta
hasil swab kepada pihak RS namun jawabannya sama, belum keluar. Sekarang sudah
3 Bulan lebih sejak kepergian Mama kami tercinta J.
Masih teringat
jelas bagaimana prosesi Mama kami dimakamkan, kami hanya boleh melihat dari
jauh dan baru boleh mendekat ketika Jenazah sudah dikuburkan. Sakit. Sakit banget.
Gue percaya Mama engga kena Corona namun karena Mama ditempatkan di ruangan
Isolasi dan bergabung dengan Pasien Covid-19 lainnya maka berkemungkinan Mama
bisa juga tertular.
Namun yang
membuat kami janggal adalah mengapa hingga saat ini Pihak RS belum memberikan
hasil swab kepada kami padahal kami sudah meminta beberapa kali. Kamipun merasa
khawatir jika memang Mama kami tertular maka kamipun memiliki potensi tersebut.
Kamipun merasa terkucilkan dengan tetangga dan kerabat. Akan tetapi
Alhamdulillah kami sekeluarga hingga saat ini sehat walafiat dan tidak ada
gejala Corona.
Ada kekecewaan
yang sangat mendalam karena adanya Covid-19 ini, karena Covid-19 ini
menimbulkan prosedur yang bagi gue sangat tidak adil bagi jenazah yang ternyata
meninggal bukan karena Corona, tapi diperlakukan seakan-akan Corona. Ada hak-hak
jenazah seperti dimandikan, disholatkan dan dikafankan yang mau gak mau tidak
diterapkan kepada jenazah yang diduga karena Covid-19, namun belum pasti
Corona. Hal itupun tidak adil bagi
keluarga jenazah yang ditinggalkan,
karena harusnya anggota keluarga mereka yang meninggal bisa mendapatkan hak-haknya
sebagaimana mestinya.
Gue dan keluarga
Alhamdulillah sudah ikhlas dengan jalan dan takdir yang dialami oleh Ibu gue,
namun gue sangat berharap bahwa semoga kejadian yang gue dan keluarga gue alami
ini tidak dirasakan oleh orang lain lagi dan cukuplah pandemi yang merajalela
di dunia ini khususnya di Indonesia segera hilang dan kehidupan berjalan normal
sepenuhnya.
Gue hanya sekedar
membagikan cerita menyedihkan ini sebagai pengalaman dan sebagai pelajaran buat
yang baca blog gue ini, supaya tetap waspada dan menjaga kesehatan diri sendiri
maupun keluarga kita. Khusus untuk yang orang tuanya masih ada tolong dijaga
baik-baik jangan sampai sakit yang akhirnya harus kerumah sakit. Hindari sejauh-jauhnya
ke RS dan lebih baik merawat diri sendiri di Rumah.
Berbicara mengenai
pandemi ini sangat menimbulkan luka dan trauma tersendiri bagi orang-orang yang
menjadi korban atau anggota keluarganya yang menjadi korban. Gue sebagai salah
satu orang yang merasakan akibat dari pandemi ini sangat menyayangkan dan sangat mengutuk kepada
oknum-oknum siapapun itu dan dari manapun itu jika ada tindakan yang dengan
sengaja mengambil keuntungan dari kesedihan dan penderitaan orang-orang.
Dan gue pun
mengucapkan terima kasih untuk petugas-petugas yang telah bekerja sepenuh hati
serta ikhlas menjalankan pekerjaan, merawat pasien-pasien dan juga menjaga
kredibilitas profesi tersebut.
Semoga cerita gue
ini bisa dipetik hikmahnya dan mohon jangan disalah artikan.
Salam sehat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan berkomentar :)