tulisan



welcome, read, enjoy, and leave your sign here. no judgment, no prank

Jumat, 11 September 2020

2020 (Part 1- Covid 19)

Gaes, jadi sebenarnya gak ada yang nyangka banget yah, di tahun 2020 ini menjadi tahun yang penuh dilema dan juga menjadi tahun yang sangat engga enak.


Di tahun 2020 ini pasti akan meninggalkan kenangan yang dalam banget yang mau gak mau kita kenang sampai akhir hayat nanti. Terlebih kenangan yang tersimpan dibenak kita adalah kebanyakan kenangan buruk. Gimana gak buruk karena kita berada di dalam sutuasi pandemi global yang udah sangat sangat sangat mengubah kehidupan sehari=hari kita menjadi penuh kekhawatiran, keterbatasan dan juga kegelisahan serta kesedihan.


Kita dihantui dengan Virus Covid-19 ini dimanapun kita berada dan dengan siapapun kita bertemu. Bahwa karna adanya virus Covid-19 inipun akhirnya gue kehilangan seseorang yang sangat gue cintai di dunia ini. Yaitu Mama gue.


Mama gue akhirnya menghembuskan nafas terakhir ditengah pandemi ini diumur 52 tahun, tepatnya Mama gue meninggal dunia pada 27 Mei 2020 sebulan sebelum beliau ulang tahun di tanggal 27 Juni 2020.


Mama gue memang udah lama mempunyai penyakit gagal ginjal dan sudah menjadi pasien hemodialisis (cuci darah) selama 3 tahun dan akhirnya menjalani CAPD selama 2 tahun hingga meninggal dunia. Singkat cerita, semenjak masuknya Covid-19 di Indonesia pada awal tahun.  Mama gue hanya dirumah aja dan belum kerumah sakit lagi selama 3 bulan, namun hingga akhirnya di penghujung Bulan Mei 2020 Mama gue mengalami penurunan kondisi dimana dia harus menjalani transfusi darah dirumah sakit dan mengharuskan Mama gue di opname selama proses transfusi darah tersebut.


Sebenarnya dari keluarga dan dari gue sendiri sangat keberatan dan berusaha sebisa mungkin jauh dari rumah sakit apalagi hingga di opname di rumah sakit dalam sutuasi yang berbahaya dengan merebaknya virus saat itu. Karena kamipun tau bahwa kondisi RS saat itu sangat ketat dan menjalankan protokol Covid-19. Namun karena kami kasian melihat keadaan Mama gue, akhirnya mau gak mau kitapun merelakan Mama kami untuk dirawat dan berharap segera sembuh dan cepat pulang.


Singkat cerita, setelah menjalani prosedur RS Mama gue ternyata harus menjadi pasien isolasi karena hal-hal yang menurut RS harus masuk kedalam ruang isolasi. Kamipun tidak tahu begitu jelas apa alasan dari RS sehingga memasukkan Mama kami  ruang isolasi . satu hal yang pasti itulah pertemuan terakhir kami melihat wajah Mama.


Mama saat itu sedih banget ketika kasurnya di dorong masuk kedalam ruang isolasi, bagaikan mau turun dari kasur dorong itu tapi karena badannya sudah lemas jadi Mama cuma bisa pasrah.
Setiap hari kami kerumah sakit untuk mengantarkan pakaian bersih, obat CAPD Mama dan juga mengantarkan makanan. Namun itu semua hanya bisa dititipkan kepada Satpam ruangan.


Di hari ketiga Mama dirawat, kami sempat hilang kontak dengan Mama karena ternyata Mama kami sempat tidak sadarkan diri, hingga akhirnya Hari Raya Idul Fitri  tiba, kami hanya bisa menanyakan kabar melalui Whatssap dan Video Call. Sejak hari pertama hingga hari ketujuh Mama di rawat, Mama gak pernah mengeluh sakit dan bahkan gak bilang kalau dia sempet gak sadarkan diri. 

Setiap kali kami video call Mama hanya cerita dan menanyakan kegiatan kita dirumah sedang apa menjelang Lebaran, Mama juga ketawa-ketawa dan tidak dalam keadaan lelah ataupun batuk-batuk.  Hingga akhirnya di hari kedelapan, setelah Mama ganti-gantian nelfonin kesemua anaknya. Tanpa kami sangka bahwa itu hari terakhir Mama di dunia. Mama menghembuskan nafas pada pukul 20.35 WIB tanggal 27 Mei 2020.


Kami baru diberitahukan pihak RS jam 21.00 untuk datang ke RS dan kami sekeluarga baru mengetahui Mama meninggal di jam 22.00.


Jenazah Mama langsung ditindak sesuai protokol Covid-19 yang dimasukkan kepeti, di bungkus, tidak dimandikan mungkin hanya di tayamumkan dan juga katanya sudah di sholatkan (namun tidak jelas keterangannya dari RS). Kamipun pihak keluarga tidak sama sekali melihat proses tersebut. Sehingga kami merasa sangat terpukul namun tidak dapat berbuat apapa. Yang kami dapati hanya keberadaan peti mati Mama kami di dalam Kamar Jenazah sudah dalam keadaan ditutup rapat.


Dokter yang bertugas saat itu sempat menjelaskan kepada Kakak kami bahwa kemungkinan besar penyebab Mama kami meninggal adalah karena Covid-19.   Setelahnya kami juga menanyakan kepada Perawat mengenai kondisi terakhir Mama kami, namun sayang, penjelasan Perawat kami dapati tidak jelas, muter-muter dan tidak dapat menjelaskan secara pasti apa penyebab Mama kami meninggal dunia hanya berasumsi bahwa penyebabnya adalah Covid-19.


Sekali lagi, baik Dokter ataupun Perawat hanya berasumsi karena Covid-19, namun hingga sampai saat blog ini ditulis kami belum juga mendapatkan hasil swab yang sempat diambil oleh Perawat ketika Mama kami masih dirawat. Kami sudah beberapa kali meminta hasil swab kepada pihak RS namun jawabannya sama, belum keluar. Sekarang sudah 3 Bulan lebih sejak kepergian Mama kami tercinta J.
Masih teringat jelas bagaimana prosesi Mama kami dimakamkan, kami hanya boleh melihat dari jauh dan baru boleh mendekat ketika Jenazah sudah dikuburkan. Sakit. Sakit banget. Gue percaya Mama engga kena Corona namun karena Mama ditempatkan di ruangan Isolasi dan bergabung dengan Pasien Covid-19 lainnya maka berkemungkinan Mama bisa juga tertular.


Namun yang membuat kami janggal adalah mengapa hingga saat ini Pihak RS belum memberikan hasil swab kepada kami padahal kami sudah meminta beberapa kali. Kamipun merasa khawatir jika memang Mama kami tertular maka kamipun memiliki potensi tersebut. Kamipun merasa terkucilkan dengan tetangga dan kerabat. Akan tetapi Alhamdulillah kami sekeluarga hingga saat ini sehat walafiat dan tidak ada gejala Corona.


Ada kekecewaan yang sangat mendalam karena adanya Covid-19 ini, karena Covid-19 ini menimbulkan prosedur yang bagi gue sangat tidak adil bagi jenazah yang ternyata meninggal bukan karena Corona, tapi diperlakukan seakan-akan Corona. Ada hak-hak jenazah seperti dimandikan, disholatkan dan dikafankan yang mau gak mau tidak diterapkan kepada jenazah yang diduga karena Covid-19, namun belum pasti Corona.  Hal itupun tidak adil bagi keluarga  jenazah yang ditinggalkan, karena harusnya anggota keluarga mereka yang meninggal bisa mendapatkan hak-haknya sebagaimana mestinya.


Gue dan keluarga Alhamdulillah sudah ikhlas dengan jalan dan takdir yang dialami oleh Ibu gue, namun gue sangat berharap bahwa semoga kejadian yang gue dan keluarga gue alami ini tidak dirasakan oleh orang lain lagi dan cukuplah pandemi yang merajalela di dunia ini khususnya di Indonesia segera hilang dan kehidupan berjalan normal sepenuhnya.


Gue hanya sekedar membagikan cerita menyedihkan ini sebagai pengalaman dan sebagai pelajaran buat yang baca blog gue ini, supaya tetap waspada dan menjaga kesehatan diri sendiri maupun keluarga kita. Khusus untuk yang orang tuanya masih ada tolong dijaga baik-baik jangan sampai sakit yang akhirnya harus kerumah sakit. Hindari sejauh-jauhnya ke RS dan lebih baik merawat diri sendiri di Rumah.


Berbicara mengenai pandemi ini sangat menimbulkan luka dan trauma tersendiri bagi orang-orang yang menjadi korban atau anggota keluarganya yang menjadi korban. Gue sebagai salah satu orang yang merasakan akibat dari pandemi  ini sangat menyayangkan dan sangat mengutuk kepada oknum-oknum siapapun itu dan dari manapun itu jika ada tindakan yang dengan sengaja mengambil keuntungan dari kesedihan dan penderitaan orang-orang.


Dan gue pun mengucapkan terima kasih untuk petugas-petugas yang telah bekerja sepenuh hati serta ikhlas menjalankan pekerjaan, merawat pasien-pasien dan juga menjaga kredibilitas profesi tersebut.


Semoga cerita gue ini bisa dipetik hikmahnya dan mohon jangan disalah artikan.


Salam sehat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan berkomentar :)

populer entry