Untuk Perempuan yang sudah memiliki usia dewasa, berkarir, single maupun taken.
Hal apa yang terlintas dibenak lo ketika melihat, mendengar dan mendatangi sebuah acara Pernikahan?
Baper?
.
.
.
tentu saja.
Kebaperan itu juga melanda gue.
*******
Sebelumnya, random banget tulisan di blog gue kali ini, engga tau kenapa akhirnya dari sekian hal yang lalu-lalang di pikiran gue terpilihlah tema ini untuk gue curahkan di dalam blog ini. Pernikahan.
agak gimana gitusih sebenernya ngebahas hal ini, dimana gue merasa kayanya ketuaan deh ngebahas nikah-nikah tapi I'm just a girl who growing up being a lady. Fyi, I'm 25 years old. So, emang usia kaya gini menurut gue sih berada dalam zona di ambang-ambang = Usia udah pas buat menikah versi ortu zaman dulu <---> Usia berkarir ala-ala zaman now. And I'm in Millenial era now.
Millenial sendiri adalah zaman transisi dimana generasi yang lahir antara tahun '80-'90 yang memiliki background masa kewcil jadul bertumbuh bersama generasi 2000-an atau disebut Generasi Z yang dominasi backgorund-nya dipengaruhi oleh kemajuan teknologi. Sehingga jadilah masyarakat kekinian yang hegemoni dan abstrak, persaingan karir yang ketat dan nikah muda yang masih suka di julidin.
Jadinya, ya kebanyakan masyarakat hidup untuk mendapat pengakuan dan prestige dari masyarakat (sebenernya dari dulu juga gitusih). Dan menyangkut pernikahan, hal tersebut juga termasuk dari bagian kehidupan yang efeknya adalah masyarakat sebagai juri.
Ketika ada Saudara lo, Teman atau Mantan lo nikah, pasti ujungnya adalah sebuah penghakiman seperti contohnya :
- Dari segi hajatannya yang dirasa makanannya kurang enak,
- Tamunya sedikit terus asumsinya negatif ke yang punya hajatan gak ramah atau gak pinter gaul sama orang-orang.
- Decornya B aja, berantakan kotor
- Souvenirnya murah atau gak jelas
- Make-up pengantin nya kurang bagus
- Bajunya B aja
- dll
Sebenarnya gue juga merupakan bagian dari masyarakat yang kadang men-judge acara hajatan orang, jadi ya kurang lebih gue berasumsi seperti di atas. Namun bukan gue aja sebagai masyarakat biasa yang suka menilai hajatan orang dalam keadaan kadang gak proper, kadang yang parah ada Saudara dari yang punya hajatannya sendiri-pun men-judge si Punya Hajatan dengan berbagai alasan abcde. Kenapa bisa?
Karena kadang jadi tamu hajatan itu suka ekspetasi yang berlebihan, ya wajar-gak wajar sih ya, acara untuk sekali seumur hidup pastinya kita punya opini global pastilah dipersiapkan dan dikemas sebaik mungkin. Sehingga tamu hajatannya pun menyiapkan tampilan dan appreciate isi amplop sepantas mungkin.
Disaat gue ada disisi sebagai tamu hajatan ya itulah yang gue rasa, kekecewaan yang timbul kalau mendapati acara hajatannya kaya asal jadi aja ya kecewalah, karena :
- kita udah siapin pakaian yang bagus, make up dan sepatu yang mengeluarkan biaya gak sedikit (bisa aja saat itu kita lagi pas-pasan banget tapi rela-relain buat acara orang biar gak malu juga).
- belum lagi buat amplopnya dan gak mungkin ngamplopin ala kadarnya ke temen atau saudara kita buat acaranya sekali seumur hidup kan? selain itu malu jugalah, kecuali gak dinamain wkwk.
- untuk mencapai lokasi hajatan, kita juga memerlukan transportasi dan itu juga butuh biaya.
Jadi, kalau dari segi kacamata tamu hajatan itulah hal-hal yang menjadi tolak ukur bisa bikin orang kecewa sama yang punya hajatan kalau secara tanpa disengaja acara hajatannya gak sesuai dengan yang diharapkan.
Tapi, jika gue berada di posisi sebagai yang Punya Hajatan.
sebagai yang punya hajatan pastilah menginginkan yang terbaik dan tak terlupakan sepanjang masa sekali seumur hidup. Secara, pernikahan itu impian tiap individu, bukan hanya yang mau menikah aja tapi ortunya juga kepengen liat anak-anaknya menikah dengan megah dan istimewa.
kalau ditanya, semua orang pasti mau dan berharap yang indah-indah dan bagus-bagus.
tapi kalau menyangkut realita kehidupan maka terciptalah Kehidupan Langit & Bumi.
untuk golongan orang-orang yang uangnya gak terhitung mengenai budget pernikahan gue skip aja ya. karena buat apa dibahas kan gak ada masalah dong pastinya mau bertemakan hajatan kaya gimana pun, pokoknya wah deh!
balik lagi ke hajatan pernikahan yang rawan mengundang opini publik, karena dalam kenyataannya gak semua orang berpikiran harus bermegah-dan bermewahan, yang penting halal dan pernikahannya lancar.
Seperti yang kalian tahu, sekarang bisnis usaha yang menyangkut pernikahan itu mahal banget! jadi biaya resepsi nikah itu di Indonesia sangatlah bisa membuat jantungan. jadi wajar aja untuk orang-orang yang anggaran nikahnya seadanya mau-gamau bikin hajatan yang segitunya.
Selain dipengaruhi oleh faktor ekonomi ada juga orang yang emang gak terlalu mementingkan kemewahan pernikahan tersebut, sebenernya mampu aja dibikin wah, tapi lebih memprioritaskan hal lain setelah menikah seperti contohnya mending uangnya buat beli rumah, kendaraan atau bulan madu ketempat yang bagus-bagus. jadinya dibikinlah konsep nikah yang mur-mer. murah meriah.
Jika gue sebagai yang Punya Hajatan, adalah hak gue dan keluarga besar serta besan gue yah, mau memilih mengutamakan gengsi atau prioritas kedepannya.
tapi yang namanya beda kepala ya, mungkin keinginan keluarga besar gue dan besan bisa bersebrangan. sebagai anak kayanya cuma bisa ngalah ngikutin kemauan orang tua mana yang akhirnya menang. hajatan sederhana atau hajatan mewah.
tapikan, untuk bisa hajatan mewah butuh uang yang gak sedikit sob :'D, butuh bertahun-tahun ngumpulinnya dan butuh usaha keras buat konsisten.
sedangkan, yang namanya kepengen nikah itu adalah hal yang kita gak tahu bisa ditunda atau tidak. misalnya aja, calonnya bosen kelamaan nunggu karena biaya nikah yang dipengen sama besan atau ortu belum terkumpul juga, akhirnya ditengah penantian dia angkat kaki dan milih orang lain yang siap nikah lebih dulu? kan sedih :'D
akhirnya mau gak mau, pemuda-pemudi zaman sekarang gak sedikit menomor duakan pernikahan karena selain malu dibilang kecepatan nikah tapi emang harus banget kerja keras buat bisa wujudin pernikahan yang wah biar gak di julidin sama temennya, saudaranya dan mantannya. jadinya, ya pasti ngertilah ya ada saat-saat lo merasa "gue pengen nikah" tapi masih terganjal dengan karir (belum boleh menikah dari kantor) dan sekolah (entah itu S1, S2 atau S3). tapi ada yang memang karena kedua orang tuanya belum memberikan restu.
gak sedikit orang yang udah lama banget pacarannya sampai sekarang belum menikah juga, bukan karena belum ada kemauan, tapi karena tuntutan zaman yang mengganjal keinginan mereka. padahal nikah itu ibadah ya, gak baik ditunda-tunda jika sudah ingin atau mampu. tapi ternyata itu semua gak mudah. banyak alasan dan faktor yang akhirnya orang memilih untuk menunda menikah daripada menyesal.
tapi, sehubungan dengan hajatannya sendiri, sekiranya sebagai bagian dari masyarakat. berhentilah untuk menjatuhkan kebahagian orang lain yang sudah susah payah di wujudkan, bila ternyata hajatannya sendiri kurang berkenan dihati lo, maka mengertilah bahwa dia itu bukan anak raja yang uangnya bertebaran bahkan mungkin bisa ngasih souvenir dalam wujud uang. dia cuma masyarakat biasa yang punya hak mau bikin hajatannya dengan konsep apa, sederhana atau mewah.
(Lagi pula kan yang punya hajatan juga biayanya gak minta dari situ, tapi usaha sendiri huhu.)
selain itu, nikah juga hak orang dan wajib dalam agama, kalaupun dia memutuskan menikah selesainya dari sekolah atau kuliah tanpa bekerja, ya mungkin itulah yang terbaik buat mereka daripada mereka melakukan dosa dan bikin malu keluarga. kalaupun kita men-judge dengan alasan dia gak berbakti kepada orang tuanya, bukannya kerja menyenangkan kedua orang tua malah nikah. ya biarkanlah itu menjadi urusan antara dia dengan Tuhannya, sehingga ibadah orang lain jangan dipandang remeh atau diceemoh.
kadang suka kesel juga sih ya sama orang, merasa dirinya lebih baik dengan bilang " kerja dulu baru nikah, kebelet nikah banget kayanya".
gue pribadi sih, emang gak bisa cepet-cepet nikah, musti kerja dulu. karena ya gue mau cari biaya nikah itu atas hasil kerja gue bukan dari orang tua, selain itu gue juga masih punya kakak cewek yang belum menikah. jadi gue emang nunggu urutan. dan munafik sih kalau dibilang gamau nikah cepet-cepet. karena keinginan itu pasti ada, apalagi lo udah sayang sama seseorang.
tapi kalau dengan kalimat di atas, kesannya meremehkan orang yang ditakdirkan menikah muda dan sekaligus mengejek Tuhan. kesannya nikah muda itu negatif dan gak bijaksana. padahal semua itu udah takdir Tuhan.
hidup semua orang itu gak ada yang sama, jadi jalan hidup seseorang itu jangan disamakan dengan diri sendiri. karena masa depan orang gak ada yang tahu akan jadi seperti apa.
dan akhir dari semua curahan di atas, gue berkesimpulan bahwa masyarakat sekarang banyak yang egois dan melampiaskannya kepada orang lain. mereka lupa semua orang itu punya hak dan sebagai manusia hendaknya menyadari kekurangan masing-masing. tapi masih banyak orang yang suka mencari-cari kesalahan orang dan senangnya melihat orang lain jatuh.
untungnya gue hidup di dalam keluarga yang sederhana dan gak suka membanding-bandingkan dengan orang. apa yang terjadi di dalam keluarga gue itulah kenyataan dan dihadapi secara berani. sehingga gue belajar gak pernah semudah itu menjudge keadaan orang lain, kecuali hal tersebut udah diluar batas dan menyangkut kenyaman diri gue.
ya sekiranya itu aja, gue bingung mau nulis apalagi. see you later!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan berkomentar :)